apa itu seks sadomasokisme dan efek yang ditimbulkan seks sadomasokisme

Diposting oleh Unknown on 01 Februari 2013

a. Masokisme Seksual
Masokisme seksual (sexual masochism), berasal dari nama seorang Novelis Austria, Leopold Ritter von Sacher- Masoch (1836-1895), yang menulis cerita dan novel tentang pria yang mencari kepuasan seksual dari wanita yang memberikan rasa nyeri/sakit pada dirinya, sering dalam bentuk flagellation (dipukul atau dicambuk).
Masokisme seksual melibatkan dorongan kuat yang terus menerus dan fantasi yang terkait dengan tindakan seksual yang melibatkan perasaan dipermalukan, diikat, dicambuk, atau dibuat menderita dalam bentuk lainnya. Dorongan itu dapat berupa tindakan yang menyebabkan atau didasari oleh distress personal. Pada sejumlah kasus masokisme seksual, orang tersebut tidak dapat mencapai kepuasan seksual jika tidak ada rasa sakit atau malu.
Pada sejumlah kasus, masokisme seksual melibatkan situasi mengikat atau menyakiti diri sendiri pada saat masturbasi atau berfantasi seksual. Pada kasus lain, pasangan diminta untuk mengikat (membatasi gerak), menutup mata (membatasi sensori), memukul, atau mencambuk seseorang. Sejumlah pasangan adalah pekerja seks, yang lain adalah pasangan resmi yang diminta untuk melakukan peran sadistis. Kelainan seksual masokisme melibatkan kebutuhan akan penghinaan, pemukulan atau penderitaan lainnya yang nyata, bukan pura-pura. yang dilakukan oleh mitra seksualnya untuk membangkitkan gairah seksualnya. Pada sejumlah kasus, orang tersebut mungkin menginginkan untuk dikencingi atau diberaki atau menjadi objek penganiayaan verbal dengan tujuan mendapat kepuasan seksual. Misalnya penyimpangan aktivitas seksual yang berupa asfiksiofilia, dimana penderita dicekik atau dijerat (baik oleh mitra seksualnya maupun oleh dirinya sendiri). Berkurangnya pasokan oksigen ke otak yang bersifat sementara pada saat mengalami orgasme, dicari sebagai penambahan kenikmatan seksual; tetapi cara tersebut bisa secara tidak sengaja menyebabkan kematian.
Ekspresi masokisme yang paling berbahaya adalah hipoksifilia (hypoxyphilia), dimana partisipan merasa terangsang secara seksual dengan dikurangi konsumsi oksigennya, misalnya dengan menggunakan jerat, kantung plastic, bahan kimia, atau tekanan pada dada saat melakukan aktivitas seksual, seperti masturbasi. Pengurangan oksigen biasanya disertai dengan fantasi sesak napas atau dengan dibuat sesak napas oleh pasangan. Orang yang melakukan aktivitas ini biasanya menghentikannya sebelum mereka kehilangan kesadaran, tetapi terkadang kematian karena kehabisan napas juga terjadi akibat salah perhitungan (Blanchard & Hucker, 1991).
b. Sadisme Seksual
Sadisme seksual (sexual sadism) dinamai berdasarkan nama Marquis de Sade (1740-1814), pria Prancis pada abad ke-18 yang terkenal, yang menulis cerita tentang kenikmatan mencapai kepuasan seksual dengan memberikan rasa sakit atau rasa malu pada orang lain. Sadisme seksual ditandai dengan preferensi mendapatkan atau meningkatkan kepuasan seksual dengan cara menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun mental. Berbeda dengan pada sadisme, objek yang disakiti pada orang dengan masokisme seksual adalah diri sendiri. Sadisme seksual adalah sisi kebalikan dari masokisme seksual. Sadisme seksual melibatkan dorongan yang kuat dan berulang serta fantasi terkait untuk melakukan suatu tindakan dimana seseorang dapat terangsang secara seksual dengan menyebabkan penderitaan fisik atau rasa malu pada orang lain. Orang dengan parafilia jenis ini ada yang mewujudkan fantasi mereka atau malah terganggu dengan adanya fantasi tersebut. Mereka dapat mencari pasangan yang sejalan, bias jadi kekasih atau istri dengan kelainan masokistik, atau bias juga pekerja seks. Akan tetapi, ada juga yang mengintai dan menyerang korban tanpa izin dan menjadi terangsang dengan memberikan rasa sakit atau penderitaan pada korban mereka. Pemerkosa sadistic terdapat pada kelompok terakhir ini. Namun, kebanyakan pemerkosa tidak mencari rangsangan seksual dengan menyakiti korban mereka; mereka bahkan dapat kehilangan hasrat seksual ketika melihat korban mereka kesakitan.
Pada beberapa kasus, seorang dengan sadisme dipenjarakan sebagai sex offender yang menyiksa korbannya, dan mendapatkan kepuasan seksual dari perbuatannya (Dietz, Hazelwood, & Warren, 1990). Dibandingkan dengan sex offenders lain, orang dengan sadisme seksual labih sering berkedok sebagai polisi, melakukan pembunuhan berseri, mengikat korban, serta menyembunyikan mayat (Gratzer & Bradford, 1995).
c. Sadomasokisme Seksual
Kata sadomasokis itu adalah gabungan dari sadis dan masokis. Masokisme adalah kecenderungan yang tidak normal untuk mendapatkan kesenangan karena disakiti orang lain. Masokis adalah orang yang mendapat kesenangan karena atau dengan cara disakiti orang lain. Karena pada pelaksanaan hubungan seksual itu berpasangan (antara pria dan wanita), maka disebutlah sadomasokisme. Artinya, lebih pada wanita yang jadi korbannya.
Banyak orang memiliki fantasi sadistik atau masokistik pada saat-saat tertentu atau melakukan permainan seks yang melibatkan simulasi atau bentuk ringan sadomasokisme (sadomasokchism) dengan pasangan mereka. Sadomasokisme menggambarkan interaksi seksual yang secara mutual memuaskan yang melibatkan baik tindakan sadistik dan masokistik. Kelainan ini bisa juga disebut S-M, yaitu sebutan untuk penderita sadisme yang melakukan hubungan seksual dengan masokisme. Simulasi dapat dilakukan dengan menggunakan sikat bulu untuk menyerang pasangan, sehingga tidak menimbulkan rasa sakit yang sebenarnya. Orang yang terlibat dalam sadomasokisme biasanya saling bertukar peran saat melakukan aktivitas seksual atau dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya. Diagnosis klinis untuk masokisme atau sadisme seksual biasanya tidak diberikan kecuali jika orang tersebut merasa tertekan akibat perilaku atau fantasinya, atau tindakannya membahayakan diri sendiri atau orang lain.
Ferryal (dalam okezone.com, 2008) menuturkan, sadomasokis ini berbahaya atau tidaknya dilihat apabila seorang sadistis bertemu dengan seorang masokis. Alasannya, karena keduanya klop dan saling mengisi. Tetapi jika salah satu bertemu dengan orang normal, barulah di sini akan menjadi masalah.
Bahayanya, jika orang normal jelas akan tersakiti kalau dia bertemu seorang sadistis. Karena, dia akan mengalami kesakitan fisik maupun psikis. Kedua kondisi ini termasuk kelainan seksual yang berhubungan dengan kejiwaan.
Pada seseorang yang mempunyai penyakit sadomasokis, jelas Ferryal, jika dilihat dari segi fisik (luar) maka tidak akan tampak suatu kelainan. Kelainan akan terlihat saat masuk dalam fase aktivitas seksualnya sendiri. Psikolog yang juga seksolog dari Universitas Diponegoro Semarang, Dra Hastaning Sakti, Psikolog, M Kes, menjelaskan, sadomasokis termasuk salah satu gangguan deviasi atau penyimpangan seksual. Sado atau sadism biasanya dilakukan oleh pria terhadap wanita dengan cara menganiaya.
Menurut Hasta (dalam okezon.com, 2008), Psikolog yang juga pengajar di Fakultas Psikologi UNDIP, apabila dari sudut pandang kesehatan reproduksi wanita, sadomasokis ini sangat berbahaya. Kenapa mau-maunya cewek atau wanita diperlakukan dengan cara diikat atau dipaksa dengan cara yang tidak wajar. Dia juga menambahkan, kalau mau sama mau dan itu pilihan mereka, maka secara psikologis tidak berbahaya. Namun, akan menjadi berbahaya manakala mereka tahu akan bahaya atau efek samping luka vagina dan kemungkinan tertularnya PMS, HIV, dan AIDS. Hasta menjelaskan, dalam sadomasokisme, sepertinya tidak ada yang menderita dan tidak ada yang jadi korban. Mereka melakukan atas dasar suka sama suka. Sadomasokis termasuk dalam gangguan penyimpangan seksual, karena dinilai secara sosial tidak wajar.
Ciri-ciri Sadomasokisme Seksual
Ciri utama dari sadomasokis adalah munculnya nafsu birahi melalui rasa sakit. Ini jelas berbeda dengan orang normal yang birahinya lenyap justru kalau sedang sakit. Bagi penderita ini, rasa sakit merupakan pengalaman sensasional yang mendebarkan, merangsang dan membangkitkan libido seksual. Disebut sadomasokis karena ada dua pihak yang terlibat dalam perilaku seks aneh ini.
Pihak sadis adalah pasangan yang memberikan rasa sakit atau hukuman, misalnya memukul dengan cemeti, mengikat dengan tali atau rantai, menyundut dengan rokok, dan sebagainya. Sebaliknya, pihak masokis adalah orang yang menerima rasa sakit, penghinaan atau orang yang dikendalikan oleh pasangannya.
Umumnya, pasangan seksual sadomasokis terjadi dalam konteks yang mirip hukuman atasan-bawahan, yang meniru interaksi antara tuan atau nyonya dengan budaknya, majikan dan pelayannya, guru dan murid, pemilik dan anjing atau kudanya, dan orang tua dengan anaknya.
Sadomasokis biasanya mengenakan pakaian kulit hitam atau karet. Beberapa pria gay dan heteroseksual terlibat dalam semacam sadomasokisme yang dikenal dengan nama leathersex dengan mengenakan rantai kunci atau sapu tangan berwarna melambangkan peran yang dimainkan. Bila dia mengenakan kunci di bagian kiri menunjukkan bahwa orang tersebut berperan sebagai si sadis, dan pada sisi kanan menunjukkan bahwa orang ini lebih suka sebagai si masokis. Anehnya lagi, penderita sadomasokis suka bertukar peran. Kadang-kadang si A jadi si sadis, si B masokis. Tak lama kemudian pada kesempatan sama atau berbeda, mereka berganti peran; si A menjadi si B dan sebaliknya. Dalam bentuk yang lebih lunak, tanpa kekejaman yang jelas atau hukuman badaniah, sikap dominan dan sikap tunduk bisa ditemukan pada banyak pasangan, atau mungkin merupakan elemen fantasi kehidupan.
Meskipun tindakan sadomasokistik dalam bentuk yang sangat ekstrim dapat membahayakan fisik maupun psikologis, kebanyakan orang yang terlibat dalam perilaku seperti ini melakukannya dan paham terhadap resiko serta menjaga batas-batas yang telah ditentukan secara hati-hati. Mereka biasanya sadar tindakan sadis apa yang bisa membahayakan sang masokis, partner seksnya

{ 0 komentar... read them below or add one }